Langsung ke konten utama

Unggulan

Menang Karena Volume, Bukan Margin

Di dunia bisnis, banyak orang berpikir bahwa untuk bisa untung besar, harus menjual barang dengan harga tinggi. Tapi kenyataannya, banyak pelaku usaha sukses justru menang bukan karena mengambil untung besar per produk, tapi karena menjual banyak produk dengan cepat. Inilah strategi volume besar dan putaran cepat. Salah satu contoh paling nyata di sekitar kita? Warung Madura. Tentang warung madura Kenapa Margin Besar Bukan Segalanya Kalau kamu jual satu barang dengan untung Rp50.000 tapi hanya laku satu minggu sekali, berarti seminggu cuma dapat Rp50.000. Tapi kalau kamu jual barang dengan untung hanya Rp2.000 tapi bisa laku 100 kali sehari, hasilnya jadi Rp200.000 dalam satu hari! Di sinilah kuncinya: Margin kecil tidak masalah, asalkan jumlah penjualan besar. Barang cepat laku = uang cepat kembali. Modal bisa diputar lagi dan lagi, lebih cepat dari yang hanya mengejar margin tinggi. Fenomena Warung Madura: Modal Tipis, Jalan Terus Coba perhatikan warung Madura di lingkunganmu. Me...

Sustainability Bisnis UMKM Berbasis ESG

Dalam lanskap bisnis modern, keberlanjutan bukan lagi sekadar nilai tambah, ia telah menjadi fondasi utama kelangsungan usaha, terutama bagi pelaku UMKM. Istilah ESG (Environmental, Social, and Governance) kini menjadi kompas strategis untuk membangun bisnis yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga bertanggung jawab.

ESG bagi umkm

Bagi pelaku UMKM, membangun keberlanjutan berbasis ESG berarti menjalankan usaha dengan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan sekitar, berkontribusi positif bagi masyarakat, serta menerapkan sistem tata kelola yang adil dan transparan. Penerapan nilai-nilai ini memberi keunggulan jangka panjang: kepercayaan konsumen meningkat, akses pendanaan terbuka, dan yang paling penting usaha bisa bertahan melewati dinamika zaman.

ESG dalam Aksi Menerjemahkan Nilai Menjadi Praktik Nyata

Aspek Lingkungan: Usaha yang Seirama dengan Alam

1. Kondisi Wilayah dan Lokasi Usaha

Pemilihan lokasi usaha harus mempertimbangkan sensitivitas lingkungan sekitar. Usaha yang dibangun dekat pemukiman padat harus menghindari polusi suara, asap, dan limbah cair. UMKM di daerah pertanian atau pesisir perlu memahami kondisi tanah, curah hujan, serta kemungkinan bencana agar tidak menambah kerentanan wilayah.

2. Sumber Alam yang Bisa Dimaksimalkan

Alih-alih mengeksploitasi, usaha berkelanjutan justru mengangkat potensi lokal. Misalnya, pengusaha batik bisa memanfaatkan pewarna alami dari tanaman sekitar, produsen makanan bisa memberdayakan hasil panen petani lokal sebagai bahan baku utama. Ini memperkuat rantai pasok lokal, mengurangi jejak karbon, dan memperkuat ketahanan ekonomi komunitas.

3. Efek Usaha pada Kondisi Alam dan Lingkungan

Setiap proses produksi harus dianalisis dampaknya. Limbah produksi, sisa bahan, hingga pemakaian energi harus dikontrol. UMKM dapat mulai dengan kebijakan sederhana: mendaur ulang bahan, mengurangi plastik sekali pakai, atau menggunakan energi alternatif seperti panel surya skala kecil. Prinsipnya adalah: “usaha jalan, lingkungan aman.”

Aspek Sosial: Usaha yang Menghidupkan Komunitas

1. Pengaruh Usaha pada Kehidupan Masyarakat

Usaha yang baik bukan hanya menghasilkan produk, tetapi juga memberi arti dalam kehidupan masyarakat sekitar. Pekerjaan yang disediakan, pelatihan keterampilan, bahkan peluang kemitraan kecil dapat menjadi katalis peningkatan ekonomi lokal. Bayangkan penjahit rumahan yang kini punya pelanggan tetap karena mitra UMKM butik lokal.

2. Kenyamanan Sosial Masyarakat Sekitar

Keberadaan usaha tidak boleh menimbulkan konflik sosial. Suara mesin, mobilitas kendaraan, atau perubahan aliran air harus dimitigasi. Pelibatan masyarakat sejak awal—melalui sosialisasi atau diskusi terbuka—dapat menghindari gesekan. Usaha yang inklusif cenderung lebih diterima dan bertahan lama.

3. Menggerakkan Kehidupan Sosial Bermasyarakat

Usaha dapat menjadi simpul baru kehidupan sosial. Contohnya: UMKM menjahit mengadakan pelatihan terbuka untuk ibu rumah tangga; warung kopi lokal menjadi ruang diskusi komunitas. Ini bukan hanya memperluas jaringan pasar, tetapi memperkuat akar sosial dan menciptakan loyalitas pelanggan berbasis relasi, bukan sekadar transaksi.

Tata Kelola: Sistem yang Mengakar dan Transparan

1. Tata Kelola Lingkungan: Minimalkan Limbah dan Kerusakan

Sistem pengelolaan limbah harus dirancang sejak awal, tidak menunggu usaha berkembang. Misalnya: memilah sampah organik dan anorganik, menyediakan tempat pembuangan limbah tekstil khusus, atau bekerja sama dengan komunitas daur ulang. Langkah kecil yang konsisten akan memperlihatkan keseriusan terhadap keberlanjutan.

2. Tata Kelola Tim Internal dan Penerimaan Sosial

Tim internal adalah duta dari wajah usaha kita. Rekrutmen lokal, jam kerja manusiawi, dan keterbukaan komunikasi akan menciptakan atmosfer kerja yang sehat. Selain itu, pelatihan etika sosial dan lingkungan kepada karyawan menjadikan mereka bagian dari misi usaha yang lebih besar bukan sekadar tenaga kerja, tetapi rekan misi keberlanjutan.

Mengintegrasikan Nilai, Membangun Daya Tahan

Keberlanjutan bisnis tidak datang dalam bentuk satu formula instan. Ia dibangun dari integrasi cermat antara kesadaran lingkungan, hubungan sosial yang sehat, dan sistem tata kelola yang bijak. Ketiganya tidak berdiri sendiri mereka saling menguatkan.

Contohnya, ketika usaha menjahit menggunakan kain dari limbah tekstil (lingkungan), melibatkan ibu rumah tangga lokal sebagai penjahit (sosial), dan memberikan pelatihan manajemen produksi (tata kelola), maka bisnis tersebut telah menyatu dalam prinsip ESG.

Bukan hanya memberi dampak positif hari ini, tapi juga menjadi model keberlanjutan yang layak diwariskan.

Menjahit Keberlanjutan, Menenun Harapan

UMKM bukan sekadar roda ekonomi saja, tapi adalah denyut nadi komunitas. Dengan menjadikan ESG sebagai fondasi usaha, pelaku UMKM tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi pada dampak yang berarti. Usaha yang memperhatikan lingkungan, memberdayakan sosial, dan menegakkan tata kelola bukan hanya akan tumbuh ia akan bertahan, mengakar, dan memberi manfaat lintas generasi.

Sudah saatnya, kita berhenti bertanya “berapa untungnya?”, dan mulai bertanya:

apa dampaknya dan siapa yang ikut tumbuh bersama kita?”

Komentar

  1. Ini nih yang gue tunggu! Ngomongin sustainability UMKM berbasis ESG itu keren banget. Bukan cuma buat bumi, tapi juga biar bisnis makin cuan dan hits di masa depan. Gas terus!

    BalasHapus
  2. wah jarang jarang nemu artikel tema ini, suka :D terimakasih sudah sharing ya kak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer