Rukun Sesama UMKM Agawe Sentosa
Dalam falsafah Jawa, ada pepatah yang sering kita dengar:
“Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah.”
Artinya, kerukunan membawa kekuatan, sedangkan pertengkaran membawa kehancuran. Nilai ini tidak hanya berlaku di dalam rumah tangga atau masyarakat, tetapi juga sangat relevan dalam dunia usaha, khususnya di kalangan pelaku UMKM.
Mari kita bayangkan sejenak, apa jadinya jika sesama UMKM saling bersaing dengan cara yang tidak sehat? Bukannya maju bersama, yang ada justru saling menjatuhkan. Namun, jika kita memilih rukun, bersinergi, dan saling menopang, maka kekuatan itu akan berlipat ganda.
Rukun Membuat UMKM Jadi Kuat
“Rukun” dalam tradisi Jawa bukan sekadar tidak bertengkar. Lebih dalam lagi, rukun berarti hidup selaras, saling menghormati, dan menjaga keseimbangan. Dalam keluarga, rukun adalah syarat kebahagiaan. Dalam bisnis, rukun menjadi kunci terciptanya produktivitas.
Bayangkan sebuah tim UMKM kecil, mungkin hanya beranggotakan 3–5 orang. Jika setiap orang bekerja dengan ego masing-masing melupakan semangat dan adaptasi bisnis, proyek tidak akan pernah selesai tepat waktu. Tetapi jika semua anggota tim saling menghargai ide, saling berbagi beban kerja, dan mendukung satu sama lain, maka hasilnya akan jauh lebih cepat dan lebih berkualitas.
Di titik inilah makna agawe santosa terasa nyata. UMKM yang rukun akan menjadi UMKM yang kuat.
Harmoni Lebih Penting daripada Kompetisi
Dunia usaha memang identik dengan kompetisi. Namun, perlu kita garis bawahi: kompetisi sehat berbeda dengan persaingan tidak sehat. UMKM tidak perlu saling sikut atau menjatuhkan demi bertahan. Justru di era sekarang, yang dibutuhkan adalah kolaborasi.
Contoh sederhana:
- Seorang penjahit lokal bisa bekerja sama dengan pengrajin batik. Hasilnya, produk busana unik yang tidak bisa ditiru pabrikan besar.
- Pelaku usaha kuliner bisa bersinergi dengan petani lokal. Hasilnya, makanan berkualitas dengan bahan segar, sekaligus mendukung rantai pasok dalam negeri.
- UMKM kreatif di bidang digital bisa membantu UMKM tradisional masuk ke pasar online dengan strategi pemasaran yang tepat.
Semua itu hanya bisa terjadi jika ada semangat rukun. Dengan harmoni, UMKM bukan hanya bertahan, tetapi berkembang bersama.
Pemimpin yang Menumbuhkan Rukun
Kerukunan tidak lahir begitu saja. Ia butuh teladan, terutama dari pemimpin. Seorang pemimpin UMKM yang memegang prinsip rukun tidak menciptakan atmosfer persaingan penuh intrik. Ia justru menumbuhkan ruang kerja yang penuh dukungan.
Apa saja yang bisa dilakukan pemimpin agar suasana kerja rukun terjaga?
1. Menghargai perbedaan pendapat, Setiap anggota tim pasti punya ide. Dengarkan semua, lalu pilih yang terbaik tanpa merendahkan yang lain.
2. Mendistribusikan tugas dengan adil , Jangan sampai ada yang merasa terbebani sendiri. Rukun tercipta ketika semua merasa dilibatkan.
3. Menghargai kontribusi kecil sekalipun , Dalam usaha kecil, seringkali peran sederhana justru menjadi penyelamat. Misalnya, staf admin yang selalu memastikan komunikasi dengan pelanggan berjalan lancar.
4. Menyelesaikan konflik dengan kepala dingin, Konflik tidak bisa dihindari, tetapi bisa diselesaikan tanpa memperuncing masalah.
Seorang pemimpin yang rukun tahu bahwa produktivitas tim jauh lebih penting daripada ego pribadi.
Harmoni sebagai Sumber Produktivitas
Coba kita refleksikan bersama. Apa yang membuat tim bekerja lebih produktif? Bukan sekadar target atau bonus. Jawaban sebenarnya adalah rasa nyaman. Ketika seseorang merasa didukung, dihargai, dan diterima dalam tim, ia akan bekerja lebih maksimal.
Ada penelitian menarik tentang hal ini. Tim dengan iklim kerja harmonis terbukti mampu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan lebih kreatif dibanding tim yang penuh konflik. Dalam konteks UMKM, hal ini berarti: semakin rukun tim Anda, semakin besar peluang usaha Anda bertumbuh.
Produktivitas bukan hanya soal bekerja keras, tetapi juga bekerja dengan hati yang tenang.
Mengajak Pelaku UMKM untuk Ikut Bergerak
Bagi semua para pelaku UMKM, diharap untuk bertanya pada diri sendiri:
- Apakah usaha Anda sudah berjalan dengan semangat rukun?
- Apakah Anda lebih sering melihat rekan UMKM sebagai mitra atau pesaing?
- Apakah di dalam tim Anda, komunikasi sudah dibangun dengan penuh penghargaan?
Jika jawabannya belum, ini saatnya berubah. Ingat pepatah Jawa: crah agawe bubrah. Perselisihan hanya akan melemahkan. Tetapi jika kita memilih rukun, UMKM kita akan santosa, kuat, dan berdaya saing.
Sinergi UMKM, Jalan Menuju Kemandirian Ekonomi
Mari kita tarik lebih luas. UMKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Data menunjukkan, lebih dari 90% unit usaha di negeri ini adalah UMKM. Artinya, jika UMKM kuat, ekonomi bangsa ikut kuat.
Namun, kekuatan itu tidak bisa dicapai sendirian. Bayangkan UMKM makanan, UMKM pengemasan, UMKM pemasaran digital, dan UMKM logistik berjalan beriringan. Mereka bisa menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan. Itulah contoh nyata rukun agawe santosa dalam skala ekonomi.
Kerukunan di level mikro akan berdampak pada kekuatan di level makro.
Penutup: Mari Hidupkan Rukun dalam Usaha
Akhirnya, kita kembali pada inti pesan: rukun dengan sesama UMKM bukan sekadar idealisme, tetapi strategi nyata untuk bertahan dan berkembang.
Mari kita tinggalkan pola pikir “saingan adalah musuh.” Sebaliknya, mari kita bangun semangat “sesama UMKM adalah saudara.” Dengan begitu, kita bukan hanya menciptakan harmoni, tetapi juga membuka jalan produktivitas yang lebih besar.
Jangan tunggu orang lain memulainya. Jadilah pelaku UMKM yang pertama menebarkan semangat rukun. Karena ketika satu lilin menyalakan lilin lain, cahaya itu akan semakin terang.
Komentar
Posting Komentar